Rekombinasi Gen
KEDELAI
• Kedelai dapat dikonsumsi secara langsung maupun juga dapat diolah
menjadi tempe,tahu, tauco, kecap, susu kedelai, dsb
• Salah satu masalah utama yang dihadapi petani dalam budidaya kedelai
adalah ganguan hama penggerek (Etiella
zinkenella)
Bagaimana cara bijak menghadapi serangan
hama penggerek ?
Selain dengan pengendalian hama secara
hayati. Secara bersamaan para ilmuwan juga terus menciptakan teknik-teknik
rekayasa genetika yang melibatkan DNA rekombinan agar memperoleh varietas
kedelai unggul yang resisten terhadap
hama penggerek. Tanaman kedelai hasil
DNA rekombinan ini dikenal dengan kedelai transgenik.
Apakah DNA REKOMBINAN ITU?
Teknik DNA rekombinan merupakan rekayasa
genetika untuk menghasilkan sifat baru
dengan cara merekombinasikan gen tertentu dengan DNA genom.
Tanaman kedelai dengan sifat yang
diinginkan dapat terjadi misalnya dengan
mentransformasikan gen gus. Varietas yang akan digunakan contohnya
varietas wilis dan tidar. Vektor transformasi yang dgunakan adalah Agrobacterium
tumefaciens dengan mengisolasi gen
dari bakteri Bacillus thuringiensis (Bt).
Bagaiamana prosesnya?
TAHAP PERSIAPAN DAN TANSFORMASI GEN GUS
- Menanam benih kedelai willis dan Tidar di rumah kaca terlebih dahulu.
- Mengambil polong panen saat berumur 14/15 hari
- Mencuci bersih polong dengan air sabun dan membilas dengan air bersih
- Merendam polong dengan akuades streil 3-4 kali
- Eksplan kotiledon dan embrio muda diisolasi dari polong streril
- Sebelum inokulasi, eksplan diperlakukan dalam media cairan bakteri dan medium luria bertai perbandingan 1:1 selama 24 jam
- Kemudian baru dimasukan ke suspensi medium MS (Murashige dan Skoog 1962) + 100 mM sukrosa + 200 M asetosiringon, pH 5,7
- Proses inokulasi menggunakan strain Agrobacterium tumefaciens EHA 105 denganplasmid pCambia 1301 yang mengandung gen gus dan php. Selama 60 dan 90 menit
- Pengujian ekspresi gen gus pada eksplan hasil inokulasi Agrobacterium tumefaciens . Semakin banyak dan tebal warna biru, makin tinggi ekspresi gen gus
TRANSFORMASI DENGAN GEN pinII
- Eksplan kotiledon muda willis dan tidar diinokulasi dengan Agrobacterium tumwfaciens strain pGApinII (membawa gen pinII dan npt) selama 90 menit
- Eksplan yang telah diinokulasi dikeringkan dengan cawan petri yang telah diberi alas kertas kering saring steril, selanjutnya dipindahkan ke media kokultivasi (MS + vitamin B + asetosiringon 20 mM)
- Eksplan dicuci dengan larutan cefotaxime 200 mg/l, lalu dikulturkan pada media seleksi I yang terdiri dari medium MS + vitamin B5 + NAA 10 mg/l + L-glutamin 30 mg/l +L-asparagin 30 mg.l + sukrosa 5 mg/l ditambah kanamisin 200 mg/l. pada 4-6 minggu kemudian, eksplan yang tumbuh dan mengalami embryogenesis dipindahkan ke medium seleksi I1-1, yaitu medium I, dengan kadar NAA 1 mg/l + kanamisin 200 mg/l. Embrio somatik yang telah dewasa sempurna dikecambahkan pada medium G01 (MS + vitamin B5 + GA3 0,1 mg/l). Plantet yang dihasilkan dipindahkan ke medium ½ MS + vitamin B5 + IBA 1 mg untuk inisiasi perakaran selama 2-3 minggu, kemudian diaklimatisasi ke media tanah dalam pot.
Analisis molekuler tanaman hasil
transformasi
Sampel DNA hasil isolasi dari daun muda
sebanyak 4 µ1 dimasukan ke dalam tabung PCR 0,5 ml, kemudian ditambahkan 2,5 µ1
10 x buffer PCR (Promega), 2 µ1 campuran dNTPs (2,5 mM setiap dNTPs, Promega),
1 µ1 masing-masing primer untuk pinII , 10,33 µ1 ddH2O dan 0,175 µ1 Taq
polymerase (total volume 25 µ1). Tabung sampel ditambah satu tetes minyak
mineral lalu ditutup dengan selotip tahan panas.
Program PCR melalui beberapa tahap,
yaitu.
- Tahap inisiasi denaturasi pada 940C selama 5 menit
- Tahap denaturasi pada 940C selama satu menit
- Tahap annealing pada 550 C selama satu menit
- Tahap keempat pemanjangan selama satu menit pada suhu 720C
Tahap 2-4 diulang. 35 kali. Lalu
dilanjutkan tahap 5, yaitu inkubasi pada
suhu 720C selama 5 menit.
Produk PCR di-loadning pada 1 % agarose
gel yang mengandung ethidium bromide bersamaan dengan sampel DNA tanaman
kontrol dan DNA standar (gen pinII). Gel hasil elektroforesis
divisualisasi dengan UV dan difoto dengan film Polaroid. Data berupa pita-pita
DNA dianalisis berdasarkan ada tidaknya pinII sebesar 600 bp.
Pengujian dilakukan dengan metode
infestasi langsung (in vitro) larva umur satu hari (neonate).
Tanaman yang diuji adalah kedelai keturunan pertama dari event AT1.
Tiga puluh benih kedelai AT1R1 dan Tidar nontransgenik
sebagai kontrol ditanam dalam pot dan dipelihara di rumah kaca. Setelah tanaman
mulai berpolong (50) hari), setiap tanaman dipilih 10 polong yang berbeda
tempatnya, lalu setiap polong diinfestasi dengan 3 ekor larva Etiella
zinkenella. Selanjutnya polong ditutup dengan kantung pastik berlubang
untuk mengisolasi larva. Pengamatan dilakukan setelah tanaman dipanen untuk
mengetahui presentase serangan larva pada polong dan biji. Pengelompokan
criteria ketahanan tanaman kedelai terhadap hama penggerek polong mengacu pada
hasil penelitian Akib dan Baco (1985) dalam (Jurnal Bioteknologi Pertanian,
Vol.9, No.1, 2004, pp. 22) sebagai berikut. Tanaman tahan jika serangan polong
0-10 %, agak tahan 11-30 %, agak peka 31-50 %, peka 51-70 %, dan sangat peka
71-100 %.
Mekanisme Rekombinasi Genetik
Gambar Eksplan
Serangga dari ordo Lepidoptera
bergantung pada serine proteinase (tripsin, kemotripsin, dan estalase).
Enzim proteinase mengkatalisis pemecahan protein yang dimakan oleh
serangga untuk mendapatkan asam amino yang penting bagi perumbuhan normal
serangga. Proteinase inhibitor II (pinII)
merupakan salah satu contoh senyawa penghambat (inhibitor) kerja enzim
serine proteinase khususnya tripsin dan kimotripsin dari serangga Lepidoptera.
Jika gen pinII berhasil ditransfer ke dalam kromosom tanaman dan mampu
diekspresikan, maka serangga yang memakan bagian dari tanaman transgenic
tersebut akan terganggu sistem pencernaannya, terhambat perumbuhannya, dan
akhirnya mati jika tingkat penghambatan pencernaan protein relatif tinggi.
Comments
Post a Comment